Header

Friday, May 3, 2013

15 Rahsia Keajaiban Ka’bah Yang Perlu Diketahui


15 Rahsia Keajaiban Ka’bah Yang Perlu Diketahui

Written By Mitra Decapri on Friday, 15 February 2013 | 09:23

15 Rahsia Keajaiban Ka’bah Yang Perlu Diketahui


Berikut 15 hal merupakan keajaipan yang kurang diketahui tentang struktur Ka'bah dari sudut ilmiah:


  1. Mekah adalah daerah yang memiliki gravitasi paling stabil.
  2. Tekanan gravitasinya tinggi, dan di situlah berpusatnya kebisingan yang membangun yang tidak bisa didengar oleh telinga.
  3. Tekanan gravitasi yang tinggi berdampak langsung pada sistem kekebalan tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit.
  4. Gravitasi Tinggi = elektron ion negatif yang berkumpul di situ tinggi.
  5. Apa yang dimaksudkan di hati adalah gema yang tidak bisa didengar tetapi bisa terdeteksi frekuensinya. Pengaruh elektron menyebabkan kekuatan dalaman.kembali tinggi, penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
  6. Gelombang radio tidak bisa mendeteksi posisi Ka'bah.
  7. Bahkan teknologi satelit pun tidak bisa meneropong apa yang ada di dalam Ka'bah. Frekuensi radio tidak mungkin dapat membaca apa-apa yang ada di dalam Ka'bah karena tekanan gravitasi yang tinggi.
  8. Tempat yang paling tinggi tekanan gravitasinya, memiliki kandungan garam dan aliran sungai di bawah tanah yang banyak. Sebab itulah jika shalat di Masjidil haram meskipun di tempat yang terbuka tanpa atap masih terasa dingin.
  9. Ka'bah bukan sekadar bangunan hitam empat persegi tetapi satu tempat yang ajaib karena di situ pemusatan energi, gravitasi, zona magnetisme nol dan tempat yang paling dirahmati.
  10. Tidur dengan posisi menghadap Ka'bah secara otomatis otak tengah akan terangsang sangat aktif hingga tulang belakang dan menghasilkan sel darah.
  11. Pergerakan mengelilingi Ka'bah arah lawan jam memberikan energi hidup secara alami dari alam semesta. semua yang ada di alam ini bergerak sesuai lawan jam, Allah telah menentukan hukumnya begitu.
  12. Peredaran darah atau apa saja di dalam tubuh manusia menurut lawan jam. Justru dengan mengelilingi Ka'bah sesuai lawan jam, berarti peredaran darah di dalam tubuh meningkat dan sudah tentu akan menambah energi. Sebab itulah orang yang berada di Mekkah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur.
  13. Sedangkan jumlah tujuh itu adalah simbolik ke tidak terhingga banyaknya. Angka tujuh itu berarti tidak terhadap atau terlalu banyak. Dengan melakukan tujuh kali putaran sebenarnya kita mendapat ibadah yang tidak terhadap jumlahnya.
  14. Larangan memakai topi, songkok atau menutup kepala karena rambut dan bulu roma (pria) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang yang baik yang dipancarkan langsung dari Ka'bah. Sebab itu lah setelah melakukan haji kita seperti dilahirkan kembali sebagai manusia baru karena segala yang buruk telah ditarik dan diganti dengan nur atau cahaya yang baru.
  15. Setelah selesai semua itu barulah bercukur atau Tahalul. Tujuannya untuk melepaskan diri dari pantang larang dalam ihram. Namun rahasia di sebaliknya adalah untuk membersihkan antena atau reseptor kita dari segala kekotoran agar hanya gelombang yang baik saja akan diterima oleh tubuh.


"Semoga dengan serba sedikit perkongsian ini dapat memberikan kita manfaat bersama
إن شاء الله

Pendidikan Karakter Menurut Kitab Ta’lim al-Muta’allim


Pendidikan Karakter Menurut Kitab Ta’lim al-Muta’allim
 
Kitab Ta’lim al-Muta’allim
 
Jum'at, 03 Mei 2013 
Oleh:  Kholili Hasib 
PENDIDIKAN karakter dalam perspektif Islam sejatinya adalah internalisasi nilai-nilai adab ke dalam pribadi pelajar. Internalisasi ini merupakan proses pembangunan jiwa yang berasaskan konsep keimanan. Gagalnya sebuah pendidikan karakter yang terjadi selama ini, dapat disebabkan karena karakter yang diajarkan minus nilai keimanan dan konsep adab. Sehingga, proses pembangunan karakter tersendat bahkan hilang sama sekali.
Untuk membentuk penuntut ilmu berkarakter dan beradab, maka pendidikan Islam harus mengarahkan target pendidikan kepada pembangunan individu yang memahami tentang kedudukannya, baik kedudukan di hadapan Tuhan, di hadapan masyarakat dan di dalam dirinya sendiri.
Adab Lahir dan Batin
Syeikh al-Zarnuji, penulis kitab Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, menekankan aspek nilai adab, baik adab batiniyah maupun adab lahiriyah, dalam pembelajaran. Kitab ini mengajarkan bahwa, pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan (skill), namun paling penting adalah transfer nilai adab. Kitab yang populer di pesantren-pesantren Indonesia ini memaparkan konsep pendidikan Islam secara utuh, tidak dikotomis. Bahwa, karakter sejati itu karakter beradab, yaitu sinergi antara adab batiniyah dan adab lahiriyah.
Pendidikan karakter haruslah mendasarkan pada nilai religius, bukan justru anti nilai agama. Pemahaman umum yang diyakini kebanyakan pendidik, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan menepikan nilai agama. Definisi pendidikan karakter ini masih menyisakan problem.
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, Syeikh al-Zarnuji merumuskan sejumlah metode penting dalam pembentukan karakter, yang mencakup adab batin dan lahir. Pertama, metode ilqa’ al-nasihah (pemberian nasehat). Nasihat diberikan berupa penjelasan tentang prinsip haq dan batil.
Penjelasan ini merupakan pemasangan parameter ke dalam jiwa anak sehinggaa bisa menjadi paradigma berpikir. Untuk itu, disyaratkan guru harus terlebih dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat tercela agar nasihat yang diberikan membekas dalam jiwa anak didik (Syeikh Burhan al-Islam al-Zarnuji, Ta’im al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, hal. 46). Pemberian nasehat harus dengan kesan yang baik, bijak, dan bahasa yang mudah dimengerti.
Kedua, metode Mudzakarah (saling mengingatkan). Al-Zarnuji memberi rambu-rambu agar ketika mengingatkan murid tidak melampaui batas karena bisa menyebabkan murid tidak menerimanya. Oleh sebab itu, al-Zarnuji memberi arahan agar guru harus memiliki sifat lemah lembut, menjaga diri dari sifat pemarah (hal. 35).
Ketiga, strategi pembentukan mental jiwa. Dalam metode ini ditekankan beberapa aspek yaitu; niat, menjaga sifat wara’, istifadah (mengambil faedah guru), dan tawakkal. Syeikh al-Zarnuji menjelaskan, sukses dan gagalnya pendidikan Islam tergantung dari benar dan salahnya dalam niat belajar. Niat yang benar yaitu niat yang ditujukan untuk mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala, memperolah kebahagiaan (sa’adah) di dunia akhirat, memerangi kebodohan yang menempel pada diri dan melestarikan ajaran Islam. Harus ditekankan kepada anak didik bahwa belajar itu bukan untuk mendapatkan popularitas, kekayaan atau kedudukan tertentu, tapi mendapatkan ridha Allah.
Selama dalam proses belajar, anak didik harus dibiasakan bersifat wara’ (menjaga dari).  Syeikh al-Zarnuji mengatakan, “hanya dengan wara’ ilmu akan berguna” (hal. 9). Sikap wara’ adalah; menjaga diri dari perbuatan maksiat, menjaga perut dari makanan haram dan tidak berlebihan memakan makanan, tidak berlebihan dalam tidur, serta sedikit bicara.
Sedangkan yang dimaksud metode istifadah adalah guru menyampaikan ilmu dan hikmah, menjelaskan perbedaan antara yang haq dan batil dengan penyampaian yang baik sehingga murid dapat menyerap faidah yang disampaikan guru. Seorang murid dianjurkan untuk mencatat sesuatu yang lebih baik selama ia mendengarkan faidah dari guru sampai ia mendapatkan keutamaan dari guru.
Nilai batiniyah berikutnya adalah tawakkal dalam mencari ilmu. Guru harus menanam secara kuat dalam jiwa murid untuk bersikap tawakal selama mencari ilmu dan tidak sibuk dalam mendapatkan duniawai. Sebab, menurut al-Zarnuji, kesibukan lebih dalam mendapatkan duniawi dapat menjadi halangan untuk berakhlak mulia serta merusakkan hati.
Sebaliknya, baik guru maupun murid harus menyibukkan dengan urusan ukhrawi. Sebab pada hakikatnya kehidupan itu adalah dari Allah dan untuk Allah, maka seorang siswa itu haru siap dengan segala konsekuensi kehidupan.
Hubungan Guru-Murid
Selain menjelaskan metode dalam pembentukan jiwa beradab, kitab Ta’lim al-Muta’allim menjelaskan rumusan hubungan guru dan murid yang baik dan harmonis. Pola hubungan yang harmonis antara guru dan murid menjadi faktor suksesnya internalisasi adab ke dalam jiwa murid. Relasi guru dan murid harus berdasarkan sifat-sifat tawadhu’, sabar, ikhlas, dan saling menghormati.
Dalam konteks ini, proses pembelajaran ilmu menjunjung tinggi otoritas. Guru, dalam kitab Ta’lum al-Muta’allim, merupakan  sentral dalam proses belajar-mengajar. Yakni menggabungkan empat tugas secara integral, yakni uswah (contoh), mursyid (pembimbing), muraqib (pengawas).
Melaksanakan empat komponen tugas tersebut merupakan bentuk dari hubungan ruhiyah antara guru dan murid. Dalam pendidikan Islam, hubungan ruhiyah itu harus untuk mempermudah proses internalisasi nilai adab ke dalam jiwa murid.
Guru harus berperan membersihkan hati murid, mengharahkan dan mengiringi hati nurani murid untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha-Nya. Guru juga harus pandai memberi prioritas pengajaran. Ilmu mana yang harus didahulukan dan diakhirkan beserta ukuran-ukuran yang sesuai.
Berkaitan dengan itu, seorang murid harus memiliki sifat iffah (menjaga diri dan menunjukkan harga diri) dan sabar menerima bimbingan guru. Dalam menuntut ilmu, hendaknya murid harus cinta ilmu dan gurunya, hormat pada guru, menyayangi sesama penuntut ilmu, memanfaatkan waktu untuk menambah ilmu.Jadi  guru harus dijadikan kaca.
Nilai-nilai adab dalam kitab ini bisa menjadi solusi yang tepat dalam model pendidikan karakter. Bahwa, pendidikan karakter itu harus berorientasi pada nilai adab. Pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim memiliki nuansa pendidikan ruhiyah yang mengedepankan etika rabbaniyah.*
Penulis adalah Peneliti InPAS Surabaya    

Red: Cholis Akbar

Tuesday, March 19, 2013

Mengembalikan Jati Diri Umat Islam

 
Kita perlu meraih kembali identitas Muslim yang telah hilang dan kembali ke Quran
Selasa, 12 Februari 2013 
BETAPA sedih rasanya jika menatap realitas kaum Muslimin dewasa ini.  Mereka diselimuti oleh kemiskinan ideologi, moral, dan material. Mereka telah terjangkiti virus hubbud dunya wa karahiyatul maut (kecintaan secara berlebih-lebihan terhadap dunia dan takut mati). Mereka berbuat zhalim karena miskin iman. Dan mereka sering melakukan tindakan yang tidak terkontrol kerena miskin ilmu. Pemimpin mereka mengajarkan bahwa ilmu adalah cahaya, sedangkan kebodohan adalah kegelapan.. Mereka tidak peduli dengan nasihat para Nabinya, sehingga mereka kurang wawasan, maka gelaplah pikiran dan mata hati mereka dalam mengelola problem yang di hadapi.
Mereka bukanlah penguasa-penguasa di bumi seperti yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Umat Islam yang dijuluki khairu ummah (umat yang paling baik), hanyalah sebagai mainan kecil/bola pimpong di tangan kaum kafir dan musyrik. Keberadaan kaum Muslimin belum berhasil menjadikan diri mereka gambaran Al-Quran yang  berjalan secara kongkrit yang bisa disaksikan orang lain. Bahkan, mereka adalah manusia-manusia yang memiliki kelayakan untuk dijajah (qabiliyyah littakhalluf). Jadi, bukanlah musuh yang terlalu kuat untuk dihadapi, tetapi kaum Musliminlah yang kehilangan elan vital, spirit jihad.
Kaum Muslimin kontemporer bukanlah pahlawan ilmu pengetahuan, sekalipun al-Quran memberikan perintah pertama kali, iqra' (bacalah). Mereka bukanlah orang yang berkepala dingin dalam mengelola konflik, sekalipun mereka telah membaca surat Asy Syura. Mereka bukanlah orang yang kuat dalam aspek militer, sekalipun kitab mereka memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan. Mereka bukanlah orang yang pandai berbisnis, sekalipun pasca Jum’atan diintruksikan untuk bertebaran di muka bumi. Alangkah jauhnya jarak kaum Muslimin dengan kitab sucinya?
Gerangan apakah yang menjadikan pendahulu mereka menguasai hampir separo dunia? Gerangan apakah yang mengubah para penunggang onta di gurun sahara yang sunyi dan gersang menjadi referensi/rujukan pahlawan ilmu dan peradaban dunia? Gerangan apakah yang mengubah suku-suku yang hobi minum-minuman, perang karena dipicu persoalan sepele, makan riba, main perempuan, merampok, menjadi komunitas yang disegani oleh kawan dan lawan? Gerangan apa pula yang membuat penggembala-penggembala yang bodoh menjadi penakluk-penakluk Kekaisaran Persia dan Bizantium?
Langkah Fundamental
Perhatikanlah, apakah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam untuk melahirkan revolusi menakjubkan ini dalam jangka waktu kurang dari ¼ abad. Yang paling utama dan pertama-tama yang dilakukan oleh manusia pilihan itu adalah menanamkan di dalam hati pengikut-pengikutnya kalimatut taqwa, kalimat thayyibah, kalimatun sawa, kalimatut tauhid,  qaulun tsabitun : “laa Ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah”.
Beliau mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada tuhan yang layak disembah dan dipuja selain Allah Subhanahu Wata’ala. Selain Allah Subhanahu Wata’ala adalah makhluk yang hina (dzalil), bodoh (jahil), faqir (membutuhkan orang lain), ‘ajiz (lemah, tidak kuat menahan ngantuk jika sudah tiba). Betapapun luasnya kekuasaan, keberlimpahan harta, ketinggian ilmu, dan kuatnya pengaruh mereka.
Mereka adalah makhluk yang kecil, remeh, tidak berdaya, tidak ada apa-apanya di hadapan Al-Khaliq, Al-‘Alim, Al-Akram. Semua manusia memiliki kedudukan yang sama. Ukuran seseorang tidak ditentukan oleh asesoris lahiriyah. Misalnya, kekayaan yang dimiliki, kekuasaan yang digenggam, luasnya wawasan dan ilmu serta pengaruh keturunan (darah biru). Yang paling mulia disisi-Nya hanyalah orang yang bertakwa. [QS: Al Hujurat (49) : 13].
Kalimat tauhid tersebut di atas menanamkan sikap harga diri kaum Muslimin awal. Dan pada saat yang bersamaan tercerabut rasa rendah diri. Hilang jiwa kerdil, dan tertanamlah jiwa besar. Hilang sikap jumud, terbukalah wawasan yang baru, luas tak bertepi. Para pengikut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam yakin secara bulat bahwa kemuliaan itu  adalah milik Allah, Nabi-Nya dan para mukmin.
Begitu rasa rendah diri lenyap, bersemayamlah di dalam hati mereka identitas yang konstruktif. Mereka bangga bukan karena kelebihan yang mereka miliki, potensi diri yang hebat, dan backing dari kekuatan tertentu, tetapi karena keyakinan yang kuat kepada kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wata’ala
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran (3) : 139).
Kita semua tahu dari sejarah Islam, bagaimana sahabat yang berasal dari orang Arab dusun Rabi’ bin Amir berdiri dengan gagah berani di hadapan Kaisar Romawi, dengan meyakinkan menampakkan kebanggan berislam, tanpa rasa minder sedikitpun, menolak keharusan bersujud di hadapan raja, sekalipun hanya mengendarai keledai kecil dan pakaian sederhana.
Ketika Kaisar Romawi bertanya dengan penuh keheranan, beliau menjawab: “Aku diutus untuk membebaskan manusia dari penyembahan kepada sesama manusia menuju penyembahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan membebaskan mereka dari kesempitan agama menuju keluasan agama.”
Kita tahu bagaimana Umar bin Khathab menolak pakaian-pakaian raja yang diberikan kepadanya ketika ia memasuki Yerusalem sebagai penakluk yang gagah berani. Ia mengatakan, sesungguhnya islam sudah cukup memberikan kemuliaan kepada diri saya. Bukan bersumber dari atribut lahiriyah.
Dari dua kisah tadi, kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa kaum Muslimin pertama tidak terpesona dan silau oleh kegemerlapan duniawi, syahwat politik, syahwat perut dan syahwat di bawah perut (syahwatul farji).

Mengenang Khansa Palestina: Perjalanan Jihad dan Pengorbanan


Nama Ummu Nidhal melekat kuat dalam hati rakyat Palestina
Selasa, 19 Maret 2013 
Hidayatullah.com—AHAD sore (17/03/2013),  ribuan warga Palestina berpartisipasi mengantarkan Maryam Farhat yang dipanggil Allah Subhanahu Wata’ala  di usia 64 tahun setelah menderita sakit.
Perdana Menteri (PM) Palestina Ismail Haniyah dan Wakil Kepala Pertama Dewan Legislatif Ahmad Bahar ikut berpartisipasi dalam prosesi pemakaman Farhat, di samping menteri Palestina lainnya, anggota parlemen, pemimpin faksi dan ribuan warga.
Tak ketinggalan, PM Ismail Haniyah dalam pidato yang disampaikannya di masjid Umari Kota Gaza dan berjanji untuk mengikuti teladannya dalam jalan perjuangan serta perlawanan sampai pembebasan Palestina dari pendudukan Zionis-Israel terwujud.
Haniyah mengingatkan akan pengorbanan Maryam Farhat dan ketabahannya yang legendaris. Menurut Haniyah,  Maryam Farhat adalah hadiah dari surga kepada orang-orang di bumi dan menggambarkan beliau sebagai seorang wanita yang luar biasa.


***
Setelah perjalanan panjang dalam jihad, dakwah, dan perjuangan, Maryam Farhat atau yang diakrab dipanggil Ummu Nidhal Farhat dan lebih dikenal dengan julukan “Khansa Palestina” ini akhirnya tutup usia. [baca: Ibunya Para Mujahidin Palestina Wafat Subuh Tadi: Umm Nidhal Farhat] 

Kisah wanita  kelahiran 24 Desember 1949 cukup layak menjadi pelajaran. Datang dari keluarga sederhana dari Gaza.  Wanita yang dikenal sangat berprestasi dalam studi ini menikah dini di awal SMU dengan Fathi Farhat (Abu Nidhal). Saat ujian umum SMU Az-Zahra, ia justru melahirkan anak pertamanya.
Khansa Palestina ini adalah janda bagi enam anak laki-laki dan empat anak perempuan. Semua anaknya bergabung dalam barisan mujahidin Brigade Asy-Syahid Izzuddin Al-Qassam. Tiga di antara anak laki-laki itu; Nidhal, Muhammad dan Rawwad gugur syahid.

Nama Ummu Nidhal melekat kuat dalam hati rakyat Palestina. Hal itu bermula ketika awal tahun 2002, Ummu Nidhal muncul dalam rekaman video yang melepaskan kepergian anak Asy-Syahid Al-Qassam Muhammad untuk melakukan operasi serangan syahid di pemukiman Atzimona. Aksi ini mampu menewaskan dan melukai sejumlah pasukan zionos. Rekaman ini kemudian menjadi pelepasan resmi pertama dalam operasi syahid yang terdokumentasi.

Perjalanan Ummu Nidhal Farhat bukan hanya di sini. Sebelumnya di tahun 1992, Ummu Nidhal melindungi di rumahnya komandan Al-Qassam Emad Aqel yang disebut penjajah Zionis sebagai “manusia bernyawa tujuh”. Sang pejuang akhirnya menjemput syahidnya di rumah Ummu Nidhal pada 24 November 1993 setelah terjadi konfrontasi sengit antara Aqel dan 200 serdadu zionis sebelum menggerebek rumah persembunyian.

Perjalanan pengorbanan berlanjut. Pasukan Zionis membunuh anaknya bernama Nadhal di tahun 2003. Nadhal adalah salah satu pimpinan senior lapangan di brigade Al-Qassam dan salah satu arsitek pertama roket-roket Al-Qassam.

Selain itu, pesawat tempur penjajah di tahun 2005 membunuh anaknya lagi Asy-Syahid Rawwad setelah mobil yang ditumpanginya disasar roket pesawat F16 Zionis di Gaza City.  

Saturday, March 9, 2013

Thursday, February 14, 2013